LANDASAN
FILOSOFIS DAN LANDASAN SOSIOLOGIS DALAM PENDIDIKAN
Oleh
Evi Trisni Budi Utami
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan kemampuan
kepada penulis untuk menyelesaikan karya
tulis ini. Karya
tulis ini penulis
buat dengan memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya
tulis ilmiah
Karya tulis ini menyajikan serta membahas hal-hal
yang berkaitan dengan landasan pendidikan, khususnya Landasan Filosofis dalam
Pendidikan dan Landasan Sosiologsi dalam pendidikan.
Dalam penyusunan
makalah ini, penulis sangat menyadari atas keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki,
sehingga masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam pembuatannya.
Karenanya, penulis memohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Atas kritik dan
saran yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga tulisan sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi
banyak pihak, karena merupakan kebahagiaan tersendiri bagi penulis apabila pengetahuan
yang sedikit penulis miliki ini dapat berguna tidak hanya bagi diri penulis pribadi tapi juga
bagi orang lain.
arinda,
Februari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER .................................................................................................... I
KATA PENGANTAR..................................................................................................... II
DAFTAR ISI.................................................................................................................. III
BAB I
........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
RUMUSAN MASALAH................................................................................................ 2
TUJUAN PENYUSUNAN MAKALAH........................................................................ 2
MANFAAT PENYUSUNAN MAKALAH.................................................................... 2
BAB II............................................................................................................................. 3
LANDASAN FILOSOFIS DALAM PENDIDIKAN .................................................... 3
Landasan Filosofis Pendidikan .......................................................................................... 3
BAB II.............................................................................................................................. 7
LANDASAN SOSIOLOGIS DALAM PENDIDIKAN .................................................. 7
Pengertian Landasan Sosiologis Pendidikan ....................................................................... 7
a.
Konsep Dasar ........................................................................................................ 9
b.
Isu Implementasi .....................................................................................................10
c.
Analisis Solusi .........................................................................................................11
d.
Implementasi Landasan Sosiologi .........................................................................15
LAMPIRAN.....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... IV
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang
bersifat umum bagi setiap manusia dimuka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas
dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak
efek dari penerapan pendidikan.
Sejak dahulu dari generasi ke generasi,
walaupun berawal dari sesuatu yang sederhana, sesungguhnya pendidikan sudah
ada. Pengetahuan, pemahaman dan pengalaman tentang pendidikan senantiasa perlu
dipersegar dan diperkaya, mengingat ilmu, konsep tentang pendidikan adalah
hasil pemikiran manusia yang bersifat dinamis, berubah – ubah karena pengaruh
situasi dan kondisi kehidupan umat manusia pada umumnya. konsep pendidikan
selalu mengalami perubahan seiring dengan tuntutan zaman dan peradaban umat
manusia di dunia dalam berbagai aspek kehidupan.
Pemahaman yang baik tentang hakikat pendidikan
akan memperkaya wawasan dan memantapkan kepercayaan diri si pendidik karena si
pendidik memiliki pegangan yang kuat dalam melakukan berbagai upaya pendidikan.
Menyadari peran penting pendidikan, maka
langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami terlebih dahulu konsep dan
hakikat pendidikan. Pemahaman tentang konsep dan hakikat pendidikan akan
menyebabkan kita memahami peran, mendudukkannya, dan menilai pendidikan secara
proporsional.
B. Rumusan
Masalah
Dari
permasalahan di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah Bagaimanakah landasan filosofis dan landasan sosiologis pendidikan ?
C. Tujuan
Penulisan Makalah
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberi pemahaman kepada pembaca
mengenai landasan filosofis dan landasan sosiologis
dalam pendidikan serta hal – hal yang terkandung didalamnya.
D. Manfaat
Penulisan Makalah
1.
Untuk memudahkan pembaca
dalam memahami landasan filosofis dalam
pendidikan
2.
Untuk memudahkan pembaca
dalam memahami landasan sosiologis dalam
pendidikan
3.
Dapat mendorong keinginan pembaca
untuk mengetahui lebih banyak dan mendalam tentang landasan filosofis dan landasan sosiologis dalam
pendidikan.
BAB II
LANDASAN FILOSOFIS DALAM PENDIDIKAN
Landasan
Filosofis Pendidikan
Landasan
Filosofis Pendidikan Ada tiga istilah yang terlebih dahulu perlu kita kaji
dalam rangka memahami pengertian landasan pendidikan, yaitu istilah landasan
istilah filosofis dan istilah pendidikan.
Di dalam Landasan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1995:260) istilah landasan diartikan
Adapun istilah landasan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. dasar dikenal
pula sebagai fundasi. Mengacu kepada pengertian tersebut, kita dapat memahami
bahwa landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu
titik tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal;
Berdasarkan
sifatatau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal. wujudnya terdapat dua
jenis landasan, yaitu landasan yang bersifat material, dan landasan yang
bersifat konseptual. Contoh landasan yang bersifat material antara lain berupa
landasan pacu pesawat terbang dan fundasi bangunan gedung. Adapun contoh
landasan yang bersifat konseptual antara lain berupa dasar Negara Indonesia
yaitu Pancasila dan UUD RI Tahun 1945; landasan pendidikan, dan sebagainya.
Landasan
Dari contoh di atas telah Anda ketahui bahwa landasan pendidikan tergolong ke
dalam jenis landasan yang bersifat konseptual. Selanjutnya, mari kita kaji
lebih lanjut pengertian landasan yang
Landasan yang bersifat konseptual pada bersifat konseptual tersebut.
dasarnya identik dengan asumsi, yaitu suatu gagasan, kepercayaan, prinsip,
pendapat atau pernyataan yang sudah dianggap benar, yang dijadikan titik tolak
dalam rangka berpikir (melakukan suatu studi) dan/atau dalam rangka bertindak
(melakukan suatu praktek). Menurut Troy Wilson Organ, “asumsi dapat dibedakan dalam tiga macam,
yaitu: Premis tersembunyi Postulat Aksioma
LandasanAksioma
adalah asumsi yang diterimakebenarannya tanpa perlu pembuktian, atausuatu
pernyataan yang kebenarannya diterimasecara universal. Contoh: “dalam
hidupnyamanusia tumbuh dan berkembang”. Terhadappernyataan ini tidak akan ada
orang yangmenyangkal kebenarannya, sebab kebenarannyadapat diterima secara
universal tanpa perludibuktikan lagi.
LandasanPostulat
yaitu asumsi yang diterima kelompokorang tertentu atas dasar persetujuan.
Contoh:“Perkembangan individu ditentukan oleh faktorhereditas maupun oleh faktor
pengaruhlingkungannya (pengalaman)”. Asumsi inidisetujui/diterima benar oleh
kelompok orangtertentu, tetapi tentu saja ditolak oleh kelompokorang lainnya
yang menyetujui asumsi bahwaperkembangan individu sepenuhnya ditentukanoleh
faktor hereditas saja, atau oleh faktorpengaruh lingkungan saja.
LandasanPremis
Tersembunyi yaitu asumsi yang tidakdinyatakan secara tersurat yang diharapkan
dipahamiatau diterima secara umum. Premis tersembunyibiasanya merupakan premis
mayor dan premis minordalam silogisme yang tidak dinyatakan secaratersurat,
dalam hal ini pembaca atau pendengardiharapkan melengkapinya. Contoh: Armin
perludididik (dinyatakan). Dalam pernyataan ini terdapatpremis tersembunyi yang
tidak dinyatakan, yaitusemua manusia perlu dididik (premis mayor), danArmin
adalah manusia (premis minor). makakesimpulanya seperti pernyataan di atas
adalahArmin perlu dididik.
Filosofis
, berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas suku kata philein/philos yang
artinya cinta dan sophos/Sophia yang artinya kebijaksanaan, hikmah, ilmu,
kebenaran. Secara maknawi filsafat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang
mencoba untuk memahami hakikat segala sesuatu untuk mencapai kebenaran atau
kebijaksanaan. Untuk mencapai dan menemukan kebenaran tersebut, masing-masing
filosof memiliki karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan lainnya.
Demikian pula kajian yang dijadikan obyek telaahan akan berbeda selaras dengan
cara pandang terhadap hakikat segala sesuatu.
Manfaat
filsafat dalam kehidupan adalah :
Sebagai dasar dalam mengambil dan Sebagai dasar dalam bertindak. Untuk bersiap Untuk mengurangi salah paham dan konflik. keputusan.
Filosofisiaga menghadapi situasi dunia yang
selalu berubah. pendidikan
Ajaran
filsafat Keilmuan Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam
semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran
materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme Idealisme yang berpendapat dialektik dan materialisme
humanistis. bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau
intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia
batin/rohani objektif. Pragmatisme dan dunia materi murupakan hakitat
yang asli dan abadi. merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap
mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan
minusia.
Pendidikan
adalah usaha sadar dan Pendidikan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Landasan
Filosofis Pendidikan Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
landasan filosofis pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam
pendidikan. Ada berbagai aliran filsafat, antara lain: Idealisme, Realisme,
Pragmatisme, Pancasila, dsb.
Landasan
Filosofis Pendidikan Berbicara tentang landasan filosofis pendidikan berarti
berkenaan dengan tujuan filosofis suatu praktik pendidikan sebagai sebuah ilmu.
Oleh karena itu, kajian yang dapat dilakukan untuk memahami landasan filosofis
pendidikan adalah dengan menggunakan pendekatan filsafat ilmu yang meliputi tiga
bidang kajian yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi. Menurut Tirtarahardja
dan La Sulo (2005), landasan filosofis bersumber dari pandangan- pandangan
dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia,
keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang
lebih baik dijalankan.
Peranan
Landasan FilosofisPendidikan Memberikan rambu-rambu apa dan bagaimana
seharusnya pendidikan dilaksanakan. Rambu- rambu tersebut bertolak pada kaidah
metafisika, epistemology dan aksiologi pendidikan sebagaimana Landasan filosofis pendidikanstudi dalam filsafat pendidikan.
tidaklah satu melainkan ragam sebagaimana ragamnya aliran filsafat. Sebab itu,
dikenal adanya landasan filosofis pendidikan Idealisme, Realisme, Pragmatisme,
Pancasila, dsb.
Contoh:
Penganut Realisme antara lainberpendapat bahwa “pengetahuan yang benar diperoleh
manusia melalui pengalaman dria”.Implikasinya, penganut Realisme
mengutamakanmetode mengajar yang memberikan kesempatankepada para siswa untuk memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman langsung(misal: melalui observasi, praktikum,
dsb.) ataupengalaman tidak langsung (misal: melalui membaca laporan-laporan
hasil penelitian, dsb).
Selain
tersajikan berdasarkan aliran-alirannya,landasan filosofis pendidikan dapat
pula disajikanberdasarkan tema-tema tertentu. Misalnya dalamtema: “Manusia
sebagai Animal Educandum” (M.J.Langeveld, 1980), Man and Education” (Frost,
Jr.,1957), dll. Demikian pula, aliran-aliran pendidikanyang dipengaruhi oleh
filsafat, telah menjadi filsafatpendidikan dan atau menjadi teori
pendidikantertentu. Ada beberapa teori pendidikan yang sampaidewasa ini
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap praktek pendidikan, misalnya aliran
empirisme,naturalisme, nativisme.
BAB III
LANDASAN SOSIOLOGIS DALAM PENDIDIKAN
Pengertian Landasan Sosiologis
Pendidikan
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi muda memperkembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya:
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi muda memperkembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya:
(1) paham individualisme,
(2) paham
kolektivisme,
(3) paham integralistik.
Paham individualisme dilandasi teori
bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat
apa saja menurut keinginannya masing-masing, asalkan tidak mengganggu keamanan
orang lain. Dampak individualisme menimbulkan cara pandang lebih mengutamakan
kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti
ini, usaha untuk mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu
dengan yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat
selalu menang dalam bersaing dengan yang kuat sajalah yang dapat eksis.
Berhadapan dengan paham di atas adalah paham kolektivisme yang memberikan
kedudukan yang berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat
secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya. dalam masyarakat
yang menganut paham integralistik; masing-masing anggota masyarakat saling
berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat:
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat:
(1) kekeluargaaan dan gotong royong,
kebersamaan, musyawarah untuk mufakat,
(2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup
bermasyarakat,
(3) negara melindungi warga
negaranya,
(4) selaras serasi seimbang antara hak dan
kewajiban.
Oleh karena itu, pendidikan di
Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia orang perorang melainkan
juga kualitas struktur masyarakatnya.
Dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang, yaitu:
Dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang, yaitu:
1.
Hubungan system pendidikan dengan aspek masyarakat lain,
yang mempelajari:
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b. Hubungansistem pendidikan dan proses control social dan system kekuasaan.
c. Fungsi system pendidikan dala memelihara dan mendorong proses social dan perubahan kebudayaan
d. Hubungan pendidikan dengan kelas social atau system status
e. Fungsionalisme system pendidika formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b. Hubungansistem pendidikan dan proses control social dan system kekuasaan.
c. Fungsi system pendidikan dala memelihara dan mendorong proses social dan perubahan kebudayaan
d. Hubungan pendidikan dengan kelas social atau system status
e. Fungsionalisme system pendidika formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Hubungan kemanusian di sekolah yang
meliputi:
a. Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
b. Pola interaksi social atau sruktur masyarakat sekolah.
3. pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari:
a. Peranan social guru
b. Sifat kepribadian guru
c. Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa
d. Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak
4. sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
social lain didalam komunitasnya, yang meliputi:
a. Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah
b. Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada system social komunitas kaum
tidak terpelajar
c. Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya
d. Factor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah.
a. Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
b. Pola interaksi social atau sruktur masyarakat sekolah.
3. pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari:
a. Peranan social guru
b. Sifat kepribadian guru
c. Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa
d. Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak
4. sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
social lain didalam komunitasnya, yang meliputi:
a. Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah
b. Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada system social komunitas kaum
tidak terpelajar
c. Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya
d. Factor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah.
a.
Konsep
Dasar
Yang menjadi dasar dari ilmu
sosiologis adalah bahwa manusia selalu hidup dalam kelompok. sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain
dalam kelompoknya dan bagaimna susunan unit-unit masyarakat atau sosial di
suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain (Made Pidarta, 2009).
Demikian juga dalam pendidikan, selalu melibatkan manusia
dalam hubungan kelompok. Hal ini sejalan dengan pendapat Umar Tirtarahardja dan
La Sulo (2005;95) bahwa kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi
antara dua individu, bahkan dua generasi yang memungkinkan generasi muda dapat
mengembangkan diri. Adapun bentuk-bentuk hubungan sosial dalam pendidikan
meliputi :
(1). interaksi guru-siswa;
(2). dinamika kelompok di kelas dan di
organisasi intra sekolah;
(3). struktur dan fungsi sistem pendidikan dan
(4).
sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan. (Wuradji dalam Made
Pidarta, 2009)
Olehnya itu penyelenggaraan pendidikan haruslah memasukkan
unsur-unsur hubungan sosial manusia sehingga baik dalam proses maupun hasilnya,
pendidikan dapat mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dan
pergaulan peserta didik sebagai objek dari pendidikan.
b. Isu Implementasi
Seperti yang telah disinggung didalam konsep dasarnya, bahwa
penggunaan sosiologis sebagai landasan pendidikan adalah untuk menerapkan
prinsip-prinsip hubungan sosial didalam penyelanggaraan pendidikan. Hal ini
sangatlah penting karena kesosialan merupakan salah satu dimensi kemanusiaan
yang dimiliki semua orang.
Kata kunci dalam dimensi kesosialan manusia adalah
komunikasi dan kebersamaan (Prayitno;2009), namun dalam kenyataannya, model
pembelajaran yang diterapkan belumlah mengakomodir komunikasi dan kebersamaan
secara optimal. model-model pembelajaran yang banyak digunakan dalam pendidikan
saat ini hanyalah model pembelajaran didalam ruangan saja (kelas, laboratorium
IPA laboratorium komputer, perpustakaan dan sebagainya) tidak lebih dari itu.
Sehingga kemudian komunikasi dan kebersamaan yang terjadi hanyalah antara guru
dengan murid dan dengan sesama murid. Sedangkan masyarakat sebagai bagian inti
dari dimensi kesosialan seseorang belum mendapat porsi yang lebih untuk
dajadikan objek dan partner dalam pendidikan.
c.
Analisis Solusi
Memasukkan nilai-nilai sosial dalam penyelenggaraan pendidikan adalah
suatu keharusan, karena dimensi kesosialan adalah salah satu dimensi yang
dimiliki manusia. Dalam pembelajaran dengan model konvensional selama ini
memang sudah terdapat nilai-nilai sosial, hanya belumlah optimal karena
masyarakat belumlah atau masih sangat jarang dilibatkan dalam model
pembelajaran.
Untuk mentaktisi hal tersebut,
pembelajaran dapat menggunakan model experience learning yakni model
pembelajaran yang menekankan prinsip pengalaman dalam proses belajar.
Metode seperti ini dapat dilaksanakan dengan cara melibatkan peserta didik
perlu dalam kegiataan-kegiatan kemasyarakatan yang terkait dengan materi yang
mereka telah dipelajari disekolah, misalnya untuk materi Musyawarah untuk
Mufakat dan Gotong Royong dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, peserta didik perlu dilibatkan dalam kegiatan musyawarah dan
kegiatan kerja bakti yang dilaksanakan oleh masyarakat disekitar sekolah
tersebut.
Dengan cara yang demikian peserta didik dapat merasakan makna dari sebuah
hubungan sosial secara lebih riil karena selain memperoleh pemahaman secara
konseptual disekolah, juga telah melaksanakannya dalam bentuk praktek. Dan
untuk melaksanakan model pembelajaran seperti ini terlebih dahulu harus
terjalin hubungan yang baik antara pihak sekolah dan masyarakat di sekitar
sekolah.
Kegiatan pendidikan merupakan suatu
proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi muda memperkembangkan
diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang
dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan
pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada
kegiatan pendidikan tersebut, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.Untuk
terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah
nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang
mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota
masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya:
(1)
paham individualisme,
(2) paham kolektivisme,
(3)
paham integralistik.
Paham
individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup
merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya
masing-masing, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak
individualisme menimbulkan cara pandang lebih mengutamakan kepentingan individu
di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk
mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan yang lain
saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat selalu menang dalam
bersaing dengan yang kuat sajalah yang dapat eksis. Berhadapan dengan paham di
atas adalah paham kolektivisme yang memberikan kedudukan yang berlebihan kepada
masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah
sebagai alat bagi masyarakatnya. dalam masyarakat yang menganut paham
integralistik; masing-masing anggota masyarakat saling berhubungan erat satu
sama lain secara organis merupakan masyarakat.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia orang perorang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
Dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang, yaitu:
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia orang perorang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
Dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang, yaitu:
1. Hubungan system pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari:
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b. Hubungansistem pendidikan dan proses control social dan system kekuasaan.
c. Fungsi system pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan kebudayaan
d. Hubungan pendidikan dengan kelas social atau system status
e. Fungsionalisme system pendidika formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Hubungan kemanusian di sekolah yang meliputi:
a. Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
b. Pola interaksi social atau sruktur masyarakat sekolah.
3. pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari:
a. Peranan social guru
b. Sifat kepribadian guru
c. Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa
d. Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak
4. sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain didalam komunitasnya, yang meliputi:
a. Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah
b. Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada system social komunitas kaum
tidak terpelajar
c. Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya
d. Factor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah.
Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial sebagai saran untuk memahami system pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat. Kajian sosiologi tentang pedidikan pada prinsipnya mencakup semua jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah, terutama apabila di tinjau dari sosiologi maka pendidikan
keluarga adalah sangat penting karena keluarga merupakan lembaga social yang pertamabagi setiap manusia. Pross sosialisasi akan dimulai dari keluarga. Perlu ditegaskan bahwa pemerintah mengakui kemandirian keluarga untuk melaksanakan upaya pendidikan dalam lingkungannya sendiri. Meskipun pendidikan formal telah mengambil sebagian tugas keluarga dalam mendidik anak, tetapi pengaruh keluarga tetap penting sebab keluarga merupakan lembaga social yang pertama dikenal oleh anak.dalam keluarga dapat ditanamkan nilai dan sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Perubahan fungsi keluarga, pola hubungan orang tua dan anak didala keluarga. Komposisi keanggotaan dalam keluarga, keberadaan orang tua (bapak/ibu) dalam keluarga, dan perbedaan kelas social keluarga diperkirakan tetap berpengaruhterhadap perkembangan anak (Mutyahardjo, dalam Tirtahardja,2005:96).
b. Masyarakat Indonesia sebagai landasan sosiologis Sistem pendidikan Nasional (Sikdiknas)
Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antarsesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama, serta pada umumnya bertempat tinggal diwilayah tertentu, adakalanya mereka mempunyai hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama. Masyarakat dpat merupakan satu kesatuan hidup dalam arti luas maupun dalam arti sempit, seperti masyarakat bangsa maupun kesatuan kelompok keakraban disuatu desa, dalam satu marga. Masyarakat dalam arti luas pada umumnya lebig abstrak apabila di bandingkan dengna masyarakat dalam arti sempit. Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri-ciri utama antara lain:
a. Ada interaksi antar warga-warganya
b. Pola tingkah laku warganya diatuf oleh adat istiadat, norma-norma hukum dan aturan-aturan
yang khas
c. Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya
c. Implementasi Landasan Sosiologis
Masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan, utamanya pada zaman pemerintahan orde baru telah banyak perubahan. Sebagai masyarakat majemuk, maka komunitas dengan ciri-ciri unik baik secara horizontal maupun vertical masih dapat ditemukan. Demikian pula halnya dengan sifat-sifat dasar dari zaman penjajahan belum terhapus seluruhnya. Namun dengan niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat bangsa Indonesia serta dengan kemajuan dalam berbagai bidang pembangunan. Berbagai upaya yang dilakukan, baik melalui jalur sekolah ( seperti mata pelajaran PKn, pendidikan sejarah, dll) maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran, P4, Pemasyarakaatn P4 non penaratan dll) telah mulai menumbuhkan benih-benih persatuan dan kesatuan yang okoh, berbagai upaya tersebut dilaksanakan dengan tidak mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan masyarakat Indonesia. Hal terakhir tersebut kini makin mendapat perhatian yag semestinya dengan antara lain memasukkannya muatan local di dalam kurikulum sekolah. Muatan local yang didasarkan pada kebhinekaan masyaraka Indonesia. Dengan demikian akan dapat diwujudkan manusia Indonesia dengan wawasan nusantara dan berjiwa nasional akan tetapi memahami dan menyatu dengan lingkungan.
Memasukkan
nilai-nilai sosial dalam penyelenggaraan pendidikan adalah suatu keharusan,
karena dimensi kesosialan adalah salah satu dimensi yang dimiliki manusia.
Dalam pembelajaran dengan model konvensional selama ini memang sudah terdapat
nilai-nilai sosial, hanya belumlah optimal karena masyarakat belumlah atau
masih sangat jarang dilibatkan dalam model pembelajaran.
Untuk
mentaktisi hal tersebut, pembelajaran dapat menggunakan model experience
learning yakni model pembelajaran yang menekankan prinsip pengalaman
dalam proses belajar. Metode seperti ini dapat dilaksanakan dengan cara
melibatkan peserta didik perlu dalam kegiataan-kegiatan kemasyarakatan yang
terkait dengan materi yang mereka telah dipelajari disekolah, misalnya untuk
materi Musyawarah untuk Mufakat dan Gotong Royong dalam mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, peserta didik perlu dilibatkan dalam
kegiatan musyawarah dan kegiatan kerja bakti yang dilaksanakan oleh masyarakat
disekitar sekolah tersebut.
I think it is a good theme for your blog. but to be honest to you, i should try hard to translate them into English with use English-Indonesian dictionary. Why you didn't try to make it in English ? Good luck for you Vie. :)
BalasHapusMr. De Hunt, I am so sorry because of make you busy using English-Indonesian dictionaries to translate my blog. And thank you so much for advice, maybe nest time i will write in two languages, Bahasa Indonesia version and also in English version.
BalasHapusHave nice day for you and family there. :)
Spertinya landasan filosofi pada praktek pendidikan skarang sudah mulai terkikis oleh globalisasi. Pelajar sekarang lebih senang dengan hura2 ketimbang belajar.
BalasHapusYa banyak fakta di lapangan yang mengarah pada hal itu, dan kita sebagai pendidik jangan hanya berdiam diri melihat fenomena tersebut. Pemerintah kita sudah mengupayakan perbaikan dengan menyisipkan pendidikan berkarakter dalam kurikulum kita, hanya saja mungkin perlu waktu untuk melihat hasilnya. Semoga saja ada perbaikan pada sistem pendidikan kita.
HapusTo Rusliani Rose, siiip koment nya ... saya setuju dengan ibu bahwa sekarang ini banyak pelajar yang kebut2an dijalan bahkan banyak yang pesta miras, sungguh memprihatinkan dunia pendidikan kita sekarang ini. :(
BalasHapusPendidikan di negeri ini adalah tanggung jawab kita semua. Rasanya tak elok kalau kita hanya bisa menyalahkan tanpa bisa memberikan kontribusi kepada dunia pendidikan. Karena pendidikan anak-anak bangsa ini bukan hanya tanggung jawab orang tua dan guru melainkan juga tanggung jawab pemerintah dan masyarakat Indonesia. Yang perlu kita upayakan adalah bagaimana semua kompenen2 ini dapat bekerjasama dan bersinergi untuk perbaikan dunia pendidikan.
HapusSistem pendidikan kita terlihat belum mampu menjadi solusi dari berbagai kasus kemasyarakatan yang ada. Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses social dan perubahan kebudayaan yang sesuai dengan filsafah bangsa dirasa belum berjalan maksimal seperti yang diharapkan.
BalasHapusFaktanya memang begitu, dan hal ini sungguh sangat mengenaskan ketika di sekolah2 kita sibuk mengajarkan nilai2 luhur budaya bangsa kita namun di luar sekolah para pelajar kita sibuk tawuran dan mengadopsi budaya asing yang bertentangan dengan falsafah bangsa kita. Pelajar kita sekarang lebih mengenal Lady Gaga dibanding Patih Gajah Mada, lebih gemar Harleem Shake Dance dibanding tari tradisional. Sebagai pendidik tentunya kita merasa miris melihat ini semua. Yang lebih menyakitkan lagi ketika kita tahu bahwa pendidikan yang ada ini dikelola dengan menggunakan post2 anggaran untuk pendidikan yang kita ketahui memiliki budget yang paling besar dibandingkan sektor lain. Sungguh tragis !!! :(
Hapusdegradasi pemikiran, degradasi akhlak. 2 hal inilah yang menjadi titik point mirisnya pendidikan kita.
BalasHapus